Cari Blog Ini

Senin, 06 September 2010

INDONESIA 2

Ekonomi

Peta yang menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita provinsi-provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB per kapita Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp.5 juta.
██ Lebih dari Rp.100 juta ██ Rp.50 juta ++ - Rp.100 juta ██ Rp.40 juta ++ - Rp.50 juta ██ Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta ██ Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta ██ Rp.10 juta ++ - Rp.20 juta ██ Rp.5 juta ++ - Rp.10 juta ██ Kurang dari Rp.5 juta

Sistem ekonomi Indonesia awalnya didukung dengan diluncurkannya Oeang Repoeblik Indonesia (ORI) yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia, yang selanjutnya berganti menjadi Rupiah.

Pada masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia tidak seutuhnya mengadaptasi sistem ekonomi kapitalis, namun juga memadukannya dengan nasionalisme ekonomi. Pemerintah yang belum berpengalaman, masih ikut campur tangan ke dalam beberapa kegiatan produksi yang berpengaruh bagi masyarakat banyak. Hal tersebut, ditambah pula kemelut politik, mengakibatkan terjadinya ketidakstabilan pada ekonomi negara.[37]

Pemerintahaan Orde Baru segera menerapkan disiplin ekonomi yang bertujuan menekan inflasi, menstabilkan mata uang, penjadualan ulang hutang luar negeri, dan berusaha menarik bantuan dan investasi asing.[37] Pada era tahun 1970-an harga minyak bumi yang meningkat menyebabkan melonjaknya nilai ekspor, dan memicu tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata yang tinggi sebesar 7% antara tahun 1968 sampai 1981.[37] Reformasi ekonomi lebih lanjut menjelang akhir tahun 1980-an, antara lain berupa deregulasi sektor keuangan dan pelemahan nilai rupiah yang terkendali,[37] selanjutnya mengalirkan investasi asing ke Indonesia khususnya pada industri-industri berorientasi ekspor pada antara tahun 1989 sampai 1997[38] Ekonomi Indonesia mengalami kemunduran pada akhir tahun 1990-an akibat krisis ekonomi yang melanda sebagian besar Asia pada saat itu,[39] yang disertai pula berakhirnya masa Orde Baru dengan pengunduran diri Presiden Soeharto tanggal 21 Mei 1998.

Saat ini ekonomi Indonesia telah cukup stabil. Pertumbuhan PDB Indonesia tahun 2004 dan 2005 melebihi 5% dan diperkirakan akan terus berlanjut.[40] Namun demikian, dampak pertumbuhan itu belum cukup besar dalam mempengaruhi tingkat pengangguran, yaitu sebesar 9,75%.[41][42] Perkiraan tahun 2006, sebanyak 17,8% masyarakat hidup di bawah garis kemiskinan, dan terdapat 49,0% masyarakat yang hidup dengan penghasilan kurang dari AS$ 2 per hari.[43]

Uang rupiah
Gedung pusat Bank Indonesia.

Indonesia mempunyai sumber daya alam yang besar di luar Jawa, termasuk minyak mentah, gas alam, timah, tembaga, dan emas. Indonesia pengekspor gas alam terbesar kedua di dunia, meski akhir-akhir ini ia telah mulai menjadi pengimpor bersih minyak mentah. Hasil pertanian yang utama termasuk beras, teh, kopi, rempah-rempah, dan karet.[44] Sektor jasa adalah penyumbang terbesar PDB, yang mencapai 45,3% untuk PDB 2005. Sedangkan sektor industri menyumbang 40,7%, dan sektor pertanian menyumbang 14,0%.[45] Meskipun demikian, sektor pertanian mempekerjakan lebih banyak orang daripada sektor-sektor lainnya, yaitu 44,3% dari 95 juta orang tenaga kerja. Sektor jasa mempekerjakan 36,9%, dan sisanya sektor industri sebesar 18,8%.[46]

Rekan perdagangan terbesar Indonesia adalah Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara jirannya yaitu Malaysia, Singapura dan Australia.

Meski kaya akan sumber daya alam dan manusia, Indonesia masih menghadapi masalah besar dalam bidang kemiskinan yang sebagian besar disebabkan oleh korupsi yang merajalela dalam pemerintahan. Lembaga Transparency International menempatkan Indonesia sebagai peringkat ke-143 dari 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi, yang dikeluarkannya pada tahun 2007.[47]


Peringkat internasional

Organisasi Nama Survey Peringkat
Heritage Foundation/The Wall Street Journal Indeks Kebebasan Ekonomi 110 dari 157[48]
The Economist Indeks Kualitas Hidup 71 dari 111[49]
Reporters Without Borders Indeks Kebebasan Pers 103 dari 168[50]
Transparency International Indeks Persepsi Korupsi 143 dari 179[51]
United Nations Development Programme Indeks Pembangunan Manusia 108 dari 177[52]
Forum Ekonomi Dunia Laporan Daya Saing Global 51 dari 122[53]

Demografi

Menurut sensus penduduk 2000, Indonesia memiliki populasi sekitar 206 juta,[54] dan diperkirakan pada tahun 2006 berpenduduk 222 juta.[6] 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di Pulau Jawa yang merupakan pulau berpenduduk terbanyak sekaligus pulau dimana ibukota Jakarta berada.[55] Sebagian besar (95%) penduduk Indonesia adalah Bangsa Austronesia, dan terdapat juga kelompok-kelompok suku Melanesia, Polinesia, dan Mikronesia terutama di Indonesia bagian Timur. Banyak penduduk Indonesia yang menyatakan dirinya sebagai bagian dari kelompok suku yang lebih spesifik, yang dibagi menurut bahasa dan asal daerah, misalnya Jawa, Sunda, Madura, Batak, dan Minangkabau.

Selain itu juga ada penduduk pendatang yang jumlahnya minoritas diantaranya adalah etnis Tionghoa, India, dan Arab. Mereka sudah lama datang ke Nusantara melalui perdagangan sejak abad ke 8 M dan menetap menjadi bagian dari Nusantara. Di Indonesia terdapat sekitar 4 juta populasi etnis Tionghoa.[56] Angka ini berbeda-beda karena hanya pada tahun 1930 dan 2000 pemerintah melakukan sensus dengan menggolong-golongkan masyarakat Indonesia ke dalam suku bangsa dan keturunannya.

Islam adalah agama mayoritas yang dipeluk oleh sekitar 85,2% penduduk Indonesia, yang menjadikan Indonesia negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia.[44] Sisanya beragama Protestan (8,9%), Katolik (3%), Hindu (1,8%), Buddha (0,8%), dan lain-lain (0,3%). Selain agama-agama tersebut, pemerintah Indonesia juga secara resmi mengakui Konghucu.[57]

Kebanyakan penduduk Indonesia bertutur dalam bahasa daerah sebagai bahasa ibu, namun bahasa resmi negara, yaitu bahasa Indonesia, diajarkan di seluruh sekolah-sekolah di negara ini dan dikuasai oleh hampir seluruh penduduk Indonesia.

l b s
Kota-kota besar di Indonesia
Kota Provinsi Populasi Kota Provinsi Populasi
1 Jakarta DKI Jakarta 8.839.247 Indonesia
Indonesia
7 Semarang Jawa Tengah 1.352.869
2 Surabaya Jawa Timur 2.611.506 8 Depok Jawa Barat 1.339.263
3 Bandung Jawa Barat 2.288.570 9 Palembang Sumatra Selatan 1.323.169
4 Medan Sumatra Utara 2.029.797 10 Tangerang Selatan Banten 1.241.441
5 Bekasi Jawa Barat 1.940.308 11 Makassar Sulawesi Selatan 1.168.258
6 Tangerang Banten 1.451.595 12 Bogor Jawa Barat 891.467
Sumber: Situs CityPopulation.de

Kebudayaan

Pertunjukan

Wayang kulit warisan budaya Jawa.

Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, Eropa, dan termasuk kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.

Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.

Busana

Seorang gadis Palembang tengah mengenakan Songket, salah satu busana tradisional Indonesia.

Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan. Kerajinan batik ini pun diklaim oleh negara lain dengan industri batiknya.[58] Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan songketnya dari Sumatera Barat (Minangkabau), kain ulos dari Sumatra Utara (Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari Sulawesi Selatan, busana berkoteka dari Papua dan sebagainya.

Arsitektur

Lukisan Candi Prambanan yang berasal dari masa pemerintahan Raffles.

Arsitektur Indonesia mencerminkan keanekaragaman budaya, sejarah, dan geografi yang membentuk Indonesia seutuhnya. Kaum penyerang, penjajah, penyebar agama, pedagang, dan saudagar membawa perubahan budaya dengan memberi dampak pada gaya dan teknik bangunan. Tradisionalnya, pengaruh arsitektur asing yang paling kuat adalah dari India. Tetapi, Cina, Arab, dan sejak abad ke-19 pengaruh Eropa menjadi cukup dominan.

Ciri khas arsitektur Indonesia kuno masih dapat dilihat melalui rumah-rumah adat dan/atau istana-istana kerajaan dari tiap-tiap provinsi. Taman Mini Indonesia Indah, salah satu objek wisata di Jakarta yang menjadi miniatur Indonesia, menampilkan keanekaragaman arsitektur Indonesia itu. Beberapa bangunan khas Indonesia misalnya Rumah Gadang, Monumen Nasional, dan Bangunan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di Institut Teknologi Bandung.

Olahraga

Olahraga yang paling populer di Indonesia adalah bulu tangkis dan sepak bola; Liga Super Indonesia adalah liga klub sepak bola utama di Indonesia. Olahraga tradisional termasuk sepak takraw dan karapan sapi di Madura. Di wilayah dengan sejarah perang antar suku, kontes pertarungan diadakan, seperti caci di Flores, dan pasola di Sumba. Pencak silat adalah seni bela diri yang unik yang berasal dari wilayah Indonesia. Seni bela diri ini kadang-kadang ditampilkan pada acara-acara pertunjukkan yang biasanya diikuti dengan musik tradisional Indonesia berupa gamelan dan seni musik tradisional lainnya sesuai dengan daerah asalnya. Olahraga di Indonesia biasanya berorientasi pada pria dan olahraga spektator sering berhubungan dengan judi yang ilegal di Indonesia.[59]

Di ajang kompetisi multi cabang, prestasi atlet-atlet Indonesia tidak terlalu mengesankan. Di Olimpiade, prestasi terbaik Indonesia diraih pada saat Olimpiade 1992, dimana Indonesia menduduki peringkat 24 dengan meraih 2 emas 2 perak dan 1 perunggu. Pada era 1960 hingga 2000, Indonesia merajai bulu tangkis. Atlet-atlet putra Indonesia seperti Rudi Hartono, Liem Swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Ricky Subagja, dan Rexy Mainaky merajai kejuaraan-kejuaraan dunia. Rudi Hartono yang dianggap sebagai maestro bulu tangkis dunia, menjadi juara All England terbanyak sepanjang sejarah. Selain bulu tangkis, atlet-atlet tinju Indonesia juga mampu meraih gelar juara dunia, seperti Elyas Pical, Nico Thomas[60], dan Chris John[61].

Seni musik

Seni musik di Indonesia, baik tradisional maupun modern sangat banyak terbentang dari Sabang hingga Merauke. Setiap provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta,[62] yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yaitu musik beraliran Melayu modern yang dipengaruhi oleh musik India sehingga musik dangdut ini sangat berbeda dengan musik tradisional Melayu yang sebenarnya, seperti musik Melayu Deli, Melayu Riau, dan sebagainya.

Alat musik tradisional yang merupakan alat musik khas Indonesia memiliki banyak ragam dari pelbagai daerah di Indonesia, namun banyak pula dari alat musik tradisional Indonesia 'dicuri' oleh negara lain[63] untuk kepentingan penambahan budaya dan seni musiknya sendiri dengan mematenkan hak cipta seni budaya dari Indonesia. Alat musik tradisional Indonesia antara lain meliputi:

  • Gondang Batak
  • Gong Kemada
  • Gong Lambus
  • Jidor
  • Kecapi Suling
  • Kulcapi Batak
  • Kendang Jawa
  • Serunai
  • Seurune Kale
  • Suling Lembang
  • Sulim Batak
  • Suling Sunda
  • Talempong
  • Tanggetong
  • Tifa, dan sebagainya

Boga

Beberapa makanan Indonesia: soto ayam, sate kerang, telor pindang, perkedel dan es teh manis.

Masakan Indonesia bervariasi bergantung pada wilayahnya.[64] Nasi adalah makanan pokok dan dihidangkan dengan lauk daging dan sayur. Bumbu (terutama cabai), santan, ikan, dan ayam adalah bahan yang penting.[65]

Sepanjang sejarah, Indonesia telah menjadi tempat perdagangan antara dua benua. Ini menyebabkan terbawanya banyak bumbu, bahan makanan dan teknik memasak dari bangsa Melayu sendiri, India, Timur tengah, Tionghoa, dan Eropa. Semua ini bercampur dengan ciri khas makanan Indonesia tradisional, menghasilkan banyak keanekaragaman yang tidak ditemukan di daerah lain. Bahkan bangsa Spanyol dan Portugis, telah mendahului bangsa Belanda dengan membawa banyak produk dari dunia baru ke Indonesia.

Penganan kecil semisal kue-kue banyak dijual di pasar tradisional. Kue-kue tersebut biasanya berbahan dasar beras, ketan, ubi kayu, ubi jalar, terigu, atau sagu. Nasi rames yang berisi nasi beserta lauk atau sayur pilihan dijual di tempat-tempat umum, seperti stasiun kereta api, pasar, dan terminal bus. Di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya dikenal nasi kucing sebagai nasi rames yang berukuran sangat minimalis dengan harga murah, nasi kucing sering dijual di atas angkringan, sejenis warung kaki lima.

Terdapat pula aneka makanan yang dijual oleh para pedagang keliling menggunakan gerobak atau tanggungan. Pedagang keliling ini menyajikan mie ayam, mi bakso, soto, siomay, roti burger, nasi goreng, nasi uduk, dan lain-lain.

Perfilman

Poster film Tjoet Nja' Dhien (1988), film tentang pahlawan nasional Indonesia asal Aceh.

Film pertama yang dibuat pertama kalinya di Indonesia adalah film bisu tahun 1926 yang berjudul Loetoeng Kasaroeng dan dibuat oleh sutradara Belanda G. Kruger dan L. Heuveldorp. Film ini dibuat dengan aktor lokal oleh Perusahaan Film Jawa NV di Bandung dan muncul pertama kalinya pada tanggal 31 Desember, 1926 di teater Elite and Majestic, Bandung. Setelah itu, lebih dari 2.200 film diproduksi. Di masa awal kemerdekaan, sineas-sineas Indonesia belum banyak bermunculan. Diantara sineas yang ada, Usmar Ismail merupakan salah satu sutradara paling produktif, dengan film pertamanya Harta Karun (1949). Dekade 1970 hingga 2000-an, Arizal muncul sebagai sutradara film paling produktif. Tak kurang dari 52 buah film dan 8 judul sinetron dengan 1.196 episode telah dihasilkannya.

Popularitas industri film Indonesia memuncak pada tahun 1980-an dan mendominasi bioskop di Indonesia,[66] meskipun kepopulerannya berkurang pada awal tahun 1990-an. Antara tahun 2000 hingga 2005, jumlah film Indonesia yang dirilis setiap tahun meningkat.[66] Film Laskar Pelangi (2008) yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata menjadi film paling laris sepanjang sejarah.

Kesusastraan

Bukti tulisan tertua di Indonesia adalah berbagai prasasti berbahasa Sanskerta pada abad ke-5 Masehi. Figur penting dalam sastra modern Indonesia termasuk: pengarang Belanda Multatuli yang mengkritik perlakuan Belanda terhadap Indonesia selama zaman penjajahan Belanda; Muhammad Yamin dan Hamka yang merupakan penulis dan politikus pra-kemerdekaan;[67] dan Pramoedya Ananta Toer, pembuat novel Indonesia yang paling terkenal.[68] Selain novel, sastra tulis Indonesia juga berupa puisi, pantun, dan sajak. Chairil Anwar merupakan penulis puisi Indonesia yang paling ternama. Banyak orang Indonesia memiliki tradisi lisan yang kuat, yang membantu mendefinisikan dan memelihara identitas budaya mereka.[69] Kebebasan pers di Indonesia meningkat setelah berakhirnya kekuasaan Presiden Soeharto. Stasiun televisi termasuk sepuluh stasiun televisi swasta nasional, dan jaringan daerah yang bersaing dengan stasiun televisi negeri TVRI. Stasiun radio swasta menyiarkan berita mereka dan program penyiaran asing. Dilaporkan terdapat 20 juta pengguna internet di Indonesia pada tahun 2007.[70] Penggunaan internet terbatas pada minoritas populasi, diperkirakan sekitar 8.5%.

Lingkungan hidup

Kasuari, salah satu burung khas dari Pulau Papua.

Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman makhluk hidup yang tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "Mega biodiversity" atau "keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi"[71][72] umumnya dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi. Kekayaan makhluk hidup Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Brasil dan Republik Demokratik Kongo. [73]

Komodo, hewan reptil langka khas dari Nusa Tenggara

Meskipun demikian, Guinness World Records pada 2008 pernah mencatat rekor Indonesia sebagai negara yang paling kencang laju kerusakan hutannya di dunia. Setiap tahun Indonesia kehilangan hutan seluas 1,8 juta hektar. Kerusakan yang terjadi di daerah hulu (hutan) juga turut merusak kawasan di daerah hilir (pesisir).[74] Menurut catatan Down The Earth, proyek Asian Development Bank (ADB) di sektor kelautan Indonesia telah memicu terjadinya alih fungsi secara besar-besaran hutan bakau menjadi kawasan pertambakan. Padahal hutan bakau, selain berfungsi melindungi pantai dari abrasi, merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Kehancuran hutan bakau tersebut mengakibatkan nelayan harus mencari ikan dengan jarak semakin jauh dan menambah biaya operasional mereka dalam mencari ikan. Selain itu, hancurnya hutan bakau juga mengakibatkan semakin rentannya kawasan pesisir Indonesia terhadap terjangan air pasang laut dan banjir, terlebih di musim hujan.[75]

Rujukan

  1. ^ Jam penduduk Indonesia
  2. ^ (2010). Hasil Sensus Penduduk 2010 Data Agregrat per Provinsi. (PDF) Badan Pusat Statistik. Diakses pada 21 Agustus 2010
  3. ^ a b c d International Monetary Fund (October 2009). World Economic Outlook Database. Rilis pers. URL diakses pada 30 November.
  4. ^ HDR Stats
  5. ^ a b c Justus M. van der Kroef (1951). "The Term Indonesia: Its Origin and Usage". Journal of the American Oriental Society 71 (3): 166–171. DOI:10.2307/595186.
  6. ^ a b Badan Pusat Statistik Indonesia (1 September 2006). Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2005–2006 (PDF) (in Bahasa Indonesia). Rilis pers. URL diakses pada [[26 September 2006]].
  7. ^ Tomascik, T; Mah, J.A., Nontji, A., Moosa, M.K. (1996). The Ecology of the Indonesian Seas - Part One. Hong Kong: Periplus Editions Ltd.. ISBN 962-593-078-7.
  8. ^ a b Anshory, Irfan, "Asal Usul Nama Indonesia", Pikiran Rakyat, 16 Agustus 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.
  9. ^ Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 119.
  10. ^ Logan, James Richardson (1850). "The Ethnology of the Indian Archipelago: Embracing Enquiries into the Continental Relations of the Indo-Pacific Islanders". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 4, 252–347.; Earl, George S. W. (1850). "On The Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations". Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA): 254, 277–278.
  11. ^ Pope (1988). "Recent advances in far eastern paleoanthropology". Annual Review of Anthropology 17: 43–77. DOI:10.1146/annurev.an.17.100188.000355. cited in Whitten, T; Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309–312. ; Pope, G (15 Agustus, 1983). "Evidence on the Age of the Asian Hominidae". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America 80 (16): 4,988–4992. DOI:10.1073/pnas.80.16.4988. cited in Whitten, T; Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309. ; de Vos, J.P., P.Y. Sondaar, (9 Desember 1994). "Dating hominid sites in Indonesia" (PDF). Science Magazine 266 (16): 4, 988–4992. DOI:10.1126/science.7992059. cited in Whitten, T; Soeriaatmadja, R. E., Suraya A. A. (1996). The Ecology of Java and Bali. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 309.
  12. ^ Taylor (2003), hal. 5–7
  13. ^ Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 8–9. ISBN 0-300-10518-5.
  14. ^ Taylor, Jean Gelman. Indonesia. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 15–18. ISBN 0-300-10518-5.
  15. ^ Taylor (2003), hal. 3, 9, 10–11, 13, 14–15, 18–20, 22–23; Vickers (2005), hal. 18–20, 60, 133–134
  16. ^ Taylor (2003), hal. 22–26; Ricklefs (1991), hal. 3
  17. ^ Peter Lewis (1982). "The next great empire". Futures 14 (1): 47–61. DOI:10.1016/0016-3287(82)90071-4.
  18. ^ *Kong Yuanzhi, Muslim Tionghoa Cheng Ho, Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara. Penyunting: HM. Hembing Wijayakusuma. Pustaka Populer Obor, Oktober 2000, xliv + 299 halaman
  19. ^ Wright, Louis B. (6 September 1970). Gold, Glory, and the Gospel: The Adventurous Lives and Times of the Renaissance Explorers. New York: Atheneum.
  20. ^ Ricklefs, M.C. (6 September 1991). A History of Modern Indonesia since c.1300. London: MacMillan. hlm. 151. ISBN 0-33-579690-X.
  21. ^ ZWEERS, L. (6 September 1995). Agressi II: Operatie Kraai. De vergeten beelden van de tweede politionele actie. Den Haag: SDU uitgevers.
  22. ^ van der Bijl, Nick. Confrontation, The War with Indonesia 1962—1966, (London, 2007) ISBN 978-1-84415-595-8
  23. ^ Wibowo, Sigit, Sjarifuddin. Ekonomi Indonesia Gagal karena Mafia Berkeley, Harian Umum Sore Sinar Harapan. Copyright © Sinar Harapan 2003. Diakses: Selasa, 6 Agustus 2008.
  24. ^ Laporan dari Carter Center. The Carter Center 2004 Indonesia Election Report (PDF). Rilis pers. URL diakses pada [[29 Juli 2008]].
  25. ^ (PDF) Amandemen Ketiga Undang-Undang Dasar 1945. 13 Desember 2006. http://www.gtzsfdm.or.id/documents/laws_n_regs/con_decree/3_AmdUUD45_eng.pdf.
  26. ^ Michelle Ann Miller (2004). "The Nanggroe Aceh Darussalam law: a serious response to Acehnese separatism?". Asian Ethnicity 5 (3): 333–351. DOI:10.1080/1463136042000259789.
  27. ^ Dewan Perwakilan Rakyat (1999). Bab XIV Other Provisions, Pasal 122; Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di DaerahPDF (146 ). Presiden Indonesia (1974). Bab VII Aturan Peralihan, Pasal 91
  28. ^ Dursin, Richel; Kafil Yamin, "Another Fine Mess in Papua", Editorial, The Jakarta Post, 18 November 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.; "Papua Chronology Confusing Signals from Jakarta", The Jakarta Post, 18 November 2004. Diakses pada 5 Oktober 2006.
  29. ^ Burr, W.; Evans, M.L. Ford and Kissinger Gave Green Light to Indonesia's Invasion of East Timor, 1975: New Documents Detail Conversations with Suharto. National Security Archive Electronic Briefing Book No. 62. National Security Archieve, Universitas George Washington, Washington, D.C.. Diakses pada 17 September 2006
  30. ^ Indonesian archipelagic baselines
  31. ^ Daftar koordinat geografis titik-titik garis-garis pangkal kepulauan Indonesia
  32. ^ Dotinga, Harm; Netherlands Institute for the Law of the Sea (2000). International organizations and the law of the sea: documentary yearbook, Vol 14. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 960. ISBN 9041113452, 9789041113450.
  33. ^ a b c International Monetary Fund. Estimate World Economic Outlook Database. Rilis pers. URL diakses pada [[5 Oktober 2006]].; Indonesia Regions. Indonesia Business Directory. Diakses pada 24 April 2007
  34. ^ Article 55, 1982 UN Convention on the Law of The Sea.
  35. ^ World Bank (1994). A World Bank country study Country Studies: Indonesia: environment and development. World Bank Publications. ISBN 0821329502, 9780821329504.
  36. ^ World Bank, (2008), Spending for development: making the most of Indonesia's new opportunities : Indonesia public expenditure review, World Bank Publications, ISBN 978-0-8213-7320-0
  37. ^ a b c d Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2, halaman 52–57.
  38. ^ (2006). Indonesia: Country Brief. Indonesia:Key Development Data & Statistics. Bank Dunia.
  39. ^ (14 September 2006)"Poverty in Indonesia: Always with them". The Economist Diakses pada 26 Desember 2006.
  40. ^ Indonesia: Forecast. Country Briefings. The Economist.
  41. ^ Badan Pusat Statistik Indonesia (2 Desember 2008). Beberapa Indikator Penting Mengenai Indonesia (PDF) (in Bahasa Indonesia). Rilis pers. URL diakses pada [[18 Maret 2008]].
  42. ^ Ridwan Max Sijabat. "Unemployment still blighting the Indonesian landscape", The Jakarta Post, 23 Maret 2007.
  43. ^ Bank Dunia. Making the New Indonesia Work for the Poor - Overview (PDF). Rilis pers. URL diakses pada [[26 Desember 2006]].
  44. ^ a b Indonesia - The World Factbook.
  45. ^ Official Statistics and its Development in Indonesia. (PDF) Sub Committee on Statistics: First Session 18–20 February, 2004. Economic and Social Commission for Asia & the Pacific.
  46. ^ Indonesia at a Glance. (PDF) Indonesia Development Indicators and Data. Bank Dunia.
  47. ^ (2007). Indeks Persepsi Korupsi. Transparency International. Diakses pada 28 September 2007
  48. ^ Index of Economic Freedom. The Heritage Foundation & The Wall Street Journal. Diakses pada 1 Juli 2008
  49. ^ The Economist Intelligence Unit’s Quality-of-Life Index. (PDF) The Economist. Diakses pada 12 September 2007
  50. ^ Worldwide Press Freedom Index 2006. (PDF) Reporters Without Borders. Diakses pada 1 Juli 2008
  51. ^ cpi 2007 table. Transparency International. Diakses pada 1 Juli 2008
  52. ^ Human Development Reports: Indonesia. United Nations Development Programme. Diakses pada 1 Juli 2008
  53. ^ Global Competitiveness Index rankings and 2006–2007 comparisons. (PDF) World Economic Forum. Diakses pada 1 Juli 2008
  54. ^ Indonesian Central Statistics Bureau (30 Juni 2000). 2000 Population Statistics. Rilis pers. URL diakses pada [[5 Oktober 2006]].
  55. ^ Calder, Joshua Most Populous Islands. World Island Information. Diakses pada 26 September 2006
  56. ^ (16 Mei 2008). "Country Profile 2008: Indonesia" (pdf). Economist Intelligence Unit. Diakses pada 31 Juli 2008.
  57. ^ Yang, Heriyanto (August 2005). "The History and Legal Position of Confucianism in Post Independence Indonesia" (PDF). Religion 10 (1): 8 Diakses pada 2 Oktober 2006.
  58. ^ "PENGERAJIN BATIK TAK PERLU RESAH", Majalah Hukum & HAM Online, 30 September 2007. Diakses pada 14 Agustus 2008.
  59. ^ Witton, Patrick (2003). Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. hlm. hal.103. ISBN1-74059-154-2.
  60. ^ [1]
  61. ^ [2]
  62. ^ "Kampung Tugu, Menyimpan Kenangan Sejarah", Kompas, Rabu, 28 April 2004. Diakses pada 14 Agustus 2008.
  63. ^ Radhar Panca Dahana. "Perspektif: Mencuri Klaim, Itu Biasa", Gatra.Com, Kamis, 6 Desember 2007. Diakses pada 14 Agustus 2008.
  64. ^ Witton, Patrick (2002). World Food: Indonesia. Melbourne: Lonely Planet. ISBN 1-74059-009-0.
  65. ^ Brissendon, Rosemary (2003). South East Asian Food. Melbourne: Hardie Grant Books. ISBN 1-74066-013-7.
  66. ^ a b Kristianto, JB, "Sepuluh Tahun Terakhir Perfilman Indonesia", Kompas, 2 Juli 2005. Diakses pada 5 Oktober 2006.
  67. ^ Taylor (2003), halaman 299–301
  68. ^ Vickers (2005) halaman 3 to 7; Friend (2003), halaman 74, 180
  69. ^ Czermak, Karen; Philippe DeLanghe, Wei Weng "Preserving Intangible Cultural Heritage in Indonesia". (PDF) SIL International. Diakses pada 4 Juli 2007
  70. ^ (2006). Internet World Stats. Asia Internet Usage, Population Statistics and Information. Miniwatts Marketing Group. Diakses pada 13 Agustus 2007
  71. ^ http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker http://www.detiknews.com/read/2009/03/08/144934/1096302/10/pemerintah-siap-dukung-dana-pengembangan-obat-herbal-aids-kanker
  72. ^ http://www.presidensby.info/index.php/fokus/2009/03/08/4070.html Dunia Sebut Indonesia Mega Biodiversity
  73. ^ http://www.cites.org/eng/prog/economics/report_mega_2001.pdf Report on the CITES workshop on mega-biodiversity exporters (with the assistance of the European Commission)
  74. ^ http://www.sinarharapan.co.id/berita/0712/29/kesra01.html Sulung Prasetyo. Ekologi Indonesia Masuki Masa Genting, Paragraf 1. Sinar Harapan Online. Diakses pada 13 November 2009
  75. ^ http://www.satudunia.net/?q=content/utang-ekologis-adb-di-indonesia Firdaus Cahyadi Utang Ekologis ADB di Indonesia, Tulisan pernah dimuat di Koran Tempo, 2 Mei 2009

Pranala luar

Wikitravel Lihat panduan wisata Indonesia di Wikitravel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar